Sabtu, 30 Agustus 2008

Obama: Sudah Cukup Era Partai Republik


"Standing Ovation" Hampir Setiap Menit

AP photo/KARL GEHRING / Kompas Images
Barack Obama berada di atas podium di Invesco Field, Stadion Mile High, Denver, Colorado, AS, pada hari keempat, yang merupakan hari terakhir Konvensi Partai Demokrat, Kamis (28/8).
Sabtu, 30 Agustus 2008 | 03:00 WIB

Denver, Kamis - Barack Obama (47) mencatat sejarah sebagai calon presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat melalui pidato pengukuhan yang memukau sekaligus menyerang gencar John McCain dengan menggelontorkan program yang terinci dan membumi.

Pidato di Invesco Field, Denver, yang menutup Konvensi Nasional Demokrat, itu disaksikan sekitar 84.000 orang plus jutaan penduduk AS dan dunia lewat layar televisi. Selama berpidato sekitar 45 menit, suami Michelle (44) dan ayah dari Malia (10) serta Sasha (7) itu disambut standing ovation hampir tiap satu menit.

Senator Obama yang mewakili Negara Bagian Illinois itu dan calon presiden AS dari Partai Demokrat membeberkan program-programnya: potongan pajak untuk 95 persen keluarga buruh, penarikan pasukan dari Irak dalam 16 bulan, melepaskan ketergantungan minyak dari Timur Tengah dalam 10 tahun, dan menciptakan lima juta lowongan pekerjaan dalam 10 tahun di sektor energi terbarukan melalui investasi 150 miliar dollar AS.

Lulusan Columbia University dan Harvard Law School itu juga menyatakan siap menyandang jabatan panglima tertinggi, berunding tegas dengan musuh-musuh AS, dan menciduk Osama bin Laden. Tak lupa Obama menyampaikan sikap mendukung homoseksual, menyiapkan sistem pendidikan anak berkelas dunia, menaikkan gaji guru, memulihkan harga diri bangsa, dan menyiapkan paket jaminan kesehatan yang terjangkau rakyat.

Obama dengan lantang menantang McCain dari Partai Republik agar segera berdebat. Ia menyebut nama McCain 21 kali, mengecamnya sebagai sekadar penerus kebijakan-kebijakan Presiden George Walker Bush. ”Amerika, kita akan lebih baik dibandingkan dengan delapan tahun terakhir. Saat ini, pemilihan ini, menjadi kesempatan menjaga kelangsungan hidup janji Amerika. Kita ada di sini karena amat mencintai negara ini untuk menjadikan empat tahun ke depan tak lagi seperti delapan tahun terakhir. Pada 4 November kita harus berani mengatakan ’delapan tahun sudah cukup’,” ujarnya.

Pidato untuk semua

Pidato Obama itu semata-mata tak cuma ditujukan kepada warga Partai Demokrat. ”Malam ini saya sampaikan kepada rakyat Amerika, kepada pendukung Demokrat dan Republik serta independen di pelosok tanah air yang besar ini, cukup!” serunya lagi.

Pada malam sebelumnya konvensi diisi pidato politik mantan Presiden Bill Clinton, Senator John Kerry, dan calon wakil presiden Joe Biden di Pepsi Center yang hanya mampu menampung ribuan orang. Penyampaian pidato pengukuhan Obama dipindahkan ke Invesco Center, stadion American football yang dapat memuat sekitar 90.000 orang karena melonjaknya peminat.

Terakhir kali pidato pengukuhan di lapangan terbuka terjadi saat John F Kennedy mengucapkan pidato pengukuhan di Los Angeles tahun 1960. Pidato Obama terjadi pada tanggal yang sama dengan pidato historis Martin Luther King, ”I Have A Dream” di Washington 29 Agustus 1963. Namun, Obama enggan merujuk ke peringatan 45 tahun pidato King karena ia mau tampil sebagai calon presiden yang didukung semata-mata bukan hanya oleh kulit hitam.

Jika malam sebelumnya di Pepsi Center tak sedikit yang mengucurkan air mata karena terharu mendengarkan pidato-pidato membangkitkan harapan, malam berikutnya audiens bersemangat siap tempur melawan McCain karena Obama sukses membakar emosi para pendukungnya. Wajah-wajah sedih tergantikan muka-muka optimistis.

Panitia konvensi mengeluarkan dana sekitar 5 juta dollar AS untuk memeriahkan pidato itu, yang diramaikan pesta kembang api sekitar lima menit seusai pidato. Obama dan keluarga berdiri sejenak di panggung menyambut audiens yang mengelu-elukan mereka bersama Biden dan keluarga. Tampak pula adik tiri Obama, Maya Soetoro-Ng yang berayah asal Indonesia, Lolo Soetoro.

Kalangan Partai Demokrat menilai pidato Obama menjawab kritik yang menudingnya sebagai calon presiden yang miskin pengalaman untuk melindungi AS dari ancaman musuh. McCain dan kubu Partai Republik menyepelekan Obama sebagai pesohor yang pandai berpidato dan berasal dari golongan elite yang tak peduli terhadap kehidupan rakyat biasa.

Ia menjawab kritik itu dengan menceritakan kisah hidup ibunya yang antre kupon makanan gratis dan kakeknya yang berperang di bawah komando Jenderal George Patton di Perang Dunia II.

”Saya tak tahu apa yang ada di benak McCain tentang gaya hidup pesohor, tetapi beginilah saya menjalani hidup. Mereka pahlawan saya. Riwayat mereka membentuk saya. Dan, atas nama mereka, saya bertekad memenangi pemilihan ini dan memegang teguh janji-janji kita sebagai presiden Amerika Serikat,” ujarnya lagi.

Obama unggul

Sejumlah media massa di AS menganalisis, meski pidato Obama amat mengesankan, masih banyak warga yang belum mengenal dekat seorang Obama sekalipun kampanye telah berlangsung 20 bulan. Akan tetapi, paling tidak ia telah berhasil membuka ”saluran langsung” antara dirinya dan rata-rata orang Amerika.

Jajak pendapat Gallup, yang dilakukan tiga hari pertama konvensi, hasilnya memperlihatkan Obama unggul 48 persen dibandingkan McCain yang 42 persen. Namun, kenaikan persentase pascakonvensi merupakan gejala biasa. Persaingan masih relatif ketat karena McCain masih berpeluang mengungguli Obama setelah Konvensi Nasional Republik yang berlangsung pekan depan di St Paul, Minnesota.

McCain mengumumkan nama calon wakil presiden yang mendampinginya, Gubernur Alaska Sarah Palin (44) pada hari Sabtu WIB ini. Palin adalah perempuan calon wakil presiden kedua dalam sejarah setelah Geraldine Ferraro yang dipilih calon presiden Partai Demokrat, Walter Mondale, tahun 1984. (AP/AFP/Reuters/ The Washington Post/ The New York Times/BAS)

Tidak ada komentar: