Senin, 27 Oktober 2008

Dikucurkan 4 Triliun Dollar AS


Bursa Saham Dunia Tetap Merosot

EPA/Robert Vos / Kompas Images
Artis Belanda, Henk Hofstra, menampilkan karya seninya berupa 20 mobil yang dicat merah dan satu mobil berwarna biru di depan Ahoy Arena, Rotterdam, Belanda, 24 Oktober. Karya Hofstra ini melambangkan krisis keuangan yang sedang melanda dunia, dengan mobil-mobil merah menunjukkan utang, sementara hanya satu mobil yang berwarna biru yang bukan utang. Dunia yang dipenuhi utang.
Senin, 27 Oktober 2008 | 03:00 WIB

London, Minggu - Pemerintah di sejumlah negara sudah bertekad mengucurkan dana sebesar 4 triliun dollar AS untuk mendukung perbankan dan pasar uang. Selain itu, sejumlah negara juga akan mengimplementasikan aturan keuangan lebih ketat untuk mencegah krisis serupa terulang kembali.

”Setiap negara perlu menyelaraskan antara inovasi dan aturan serta simpanan dan konsumsi. Kita harus melakukan segala cara untuk mencegah krisis finansial ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi,” ujar Perdana Menteri China Wen Jiabao akhir pekan lalu.

Krisis finansial global yang terparah dalam 80 tahun terakhir ini membuat banyak negara bersatu untuk mengatasinya. Namun, sejauh ini langkah bersama ini belum membuat kepercayaan pasar pulih. Ini terlihat dari harga saham di sejumlah bursa dunia yang masih terus merosot.

Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan di Beijing, Minggu (26/10), mengatakan China harus bersiap menghadapi dampak krisis finansial meskipun secara umum perekonomiannya masih tetap kuat.

Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak merencanakan pemangkasan pajak lagi dan meningkatkan belanja pemerintah untuk membantu perekonomian negara itu. Korea Selatan merupakan negara dengan kekuatan ekonomi keempat terbesar di Asia.

Di Jepang, Menteri Keuangan Kaoru Yosano mengatakan akan menaikkan jumlah dana talangan perbankan dari 2 triliun yen menjadi 10 triliun yen atau setara dengan 106 miliar dollar AS. Keputusan ini diambil kemarin setelah pasar saham jatuh hingga mencapai titik terendah dalam 5,5 tahun terakhir.

Tidak hanya di sektor finansial, Pemerintah Australia kemungkinan besar akan memangkas jumlah imigran yang diizinkan masuk jika angka pengangguran semakin tinggi karena dampak krisis finansial. Menteri Imigrasi Chris Evans mengatakan, pemerintah akan menunggu hingga pengumuman data pengangguran bulan November untuk menentukan berapa besar pembatasan yang akan dilakukan.

Negara petro-dollar seperti Kuwait pun tidak ketinggalan bersiap menghadapi krisis. Kuwait membentuk gugus tugas untuk menangani dampak krisis finansial global terhadap negara kaya minyak itu. Pemerintah telah memberikan jaminan terhadap simpanan deposito masyarakat.

Gugus tugas itu diumumkan setelah bank sentral setempat, Central Bank of Kuwait, menemukan bahwa Gulf Bank, yang merupakan bank terbesar kedua di Kuwait, membukukan kerugian dari perdagangan derivatif dan segera menghentikan perdagangan sahamnya di pasar modal.

Sementara itu, Arab Saudi menyatakan akan memberikan dana sebesar 10 miliar riyal atau setara dengan 2,67 miliar dollar AS kepada Saudi Credit Bank. Dana itu akan digunakan untuk pinjaman tanpa bunga bagi penduduk berpenghasilan rendah agar dapat membantu kesulitan keuangan mereka.

Bursa Teluk

Pasar saham Arab Saudi yang merupakan pasar saham terbesar di negara-negara Arab turun sebesar 9 persen pada perdagangan Sabtu pekan lalu, hingga mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir.

Demikian pula dengan bursa Kuwait yang merupakan bursa kedua terbesar di Arab. Pada perdagangan Minggu kemarin para investor, bahkan para pialang saham di bursa, melakukan protes berjalan kaki ke gedung kementerian yang tidak jauh dari gedung bursa tempat berlangsungnya rapat kabinet.

”Kami ingin pemerintah mengintervensi dan menyelamatkan bursa saham. Kami ingin pemerintah membeli saham. Bulan ini saja saya sudah kehilangan separuh investasi saya,” Hussein Tubayekh, seorang investor.

Pada awal perdagangan kemarin, indeks sudah turun 3,5 persen, terendah sejak April 2007.

Penurunan itu terjadi setelah ada pertemuan di antara menteri-menteri keuangan negara- negara Arab di Riyadh untuk membicarakan masalah krisis finansial yang berakhir Sabtu pekan lalu.

Tidak mau kalah dari negara Asia dan Eropa yang bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asem, enam negara Arab yang tercakup dalam Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council), yaitu Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab, juga bertemu.

Dalam pernyataan bersama mereka disebutkan bahwa bank sentral di kawasan itu memiliki likuiditas tinggi dan pemerintah akan terus memantau perkembangan krisis.

Para menteri negara-negara Arab juga menyebutkan tetap yakin dengan stabilitas moneter dan kekuatan perekonomian mereka.

Sayangnya, para analis berpendapat tidak akan ada tindakan bersama dari negara-negara Teluk karena mereka sudah bertindak sendiri-sendiri.(AP/AFP/Reuters/joe)

Tidak ada komentar: