Sabtu, 18 Oktober 2008

Pemilu AS


Akankah Sejarah Tom Bradley Berulang?
Jumat, 17 Oktober 2008 | 01:16 WIB

Semula kalangan pemilih kulit hitam di Amerika Serikat punya harapan besar bahwa Barack Obama, kandidat presiden AS dari Partai Demokrat, akan memenangi pemilu. Kini, kian dekat waktu pemilu, mereka justru ragu dengan harapan mereka sendiri.

”Saya separuh yakin separuh tidak dia (Obama) akan menang,” kata Sharrell Shields (18), salah satu pemilih keturunan Afrika-Amerika, Kamis (16/10).

Shields menyuarakan pikiran pemilih kulit hitam di seantero AS. Itu tidak lepas dari bayangan peristiwa yang dialami Tom Bradley, seorang Afrika-Amerika yang menjadi kandidat gubernur California tahun 1982.

Bradley kalah tipis dalam pertarungan meraih kursi Gubernur California meskipun dia selalu unggul dalam berbagai jajak pendapat. Kekalahan Bradley sangat mengejutkan dan sejumlah pengamat menyimpulkan bahwa banyak pemilih kulit putih berbohong soal niat mereka.

Inilah yang menjadi biang kekhawatiran pemilih kulit hitam. Dalam hampir semua jajak pendapat, Obama unggul atas rivalnya dari Partai Republik, John McCain.

”Sering kali orang tidak jujur soal preferensi ras dan jenis kelamin. Mereka hanya mengatakan hal yang benar secara politik,” kata Brenda Girton-Mitchell (60), pendeta Baptis yang mendukung Obama.

”Saya yakin ada beberapa orang yang mengatakan ’saya bisa memilih seorang kulit hitam’ di depan publik, tetapi kemudian masuk ke bilik suara dan berubah pikiran,” ujarnya.

Warga kulit hitam tidak bisa memilih di wilayah selatan AS hingga tahun 1960-an. Otoritas setempat mendukung kampanye dengan kekerasan yang melarang kulit hitam memberikan suara.

Sejak itu, warga kulit hitam menjadi pendukung fanatik Partai Demokrat. Pada pemilu kali ini, diperkirakan partisipasi mereka meningkat karena antusiasme terhadap Obama. Dukungan bagi Obama mencapai 95 persen.

Mungkin akan kecewa

Pengarang Gil Robertson mengatakan, keberhasilan Obama memunculkan perasaan optimistis sekaligus sinis bagi warga Afrika-Amerika. ”Kita punya segala alasan untuk pesimistis karena sejarah dan pengalaman di negara ini. Orang- orang sangat berharap, tetapi saya katakan kepada mereka, jangan terlalu berharap karena kalian mungkin akan dikecewakan,” katanya.

Tedd Shaw, dosen ilmu politik di University of South Carolina, sepakat dengan pernyataan itu. ”Ada sinisme dan optimisme (di antara warga Afrika-Amerika) dan itu terlihat dari sikap mendua mereka. Mereka percaya saat Obama mengatakan ini mimpi Amerika, tetapi mereka juga ingat bahwa ras masih menjadi ladang ranjau di politik AS,” ujarnya.

Seorang veteran anggota Kongres AS, John Murtha, mengatakan, masalah ras bisa mengurangi kemenangan Obama hingga 4 persen. Itu terjadi, terutama, di Pennsylvania.

Kepada Post-Gazzete edisi Rabu, Murtha mengatakan, perlu waktu bagi banyak warga Pennsylvania untuk menerima kandidat presiden kulit hitam. Senator Hillary Clinton, mantan kandidat presiden dari Demokrat, menang mudah di Pennsylvania.

Yang bisa dilakukan Murtha adalah menyerukan kepada pemilih untuk melihat sesuatu yang lebih dari sekadar warna kulit Obama dan ”mendengarkan apa yang dia katakan”. Dengan begitu, apa yang dialami Tom Bradley atau dikenal dengan Bradley effect tidak akan terulang lagi dalam pemilu AS tahun ini. (ap/reuters/fro)

Tidak ada komentar: