Minggu, 12 Oktober 2008

Wanita Terkaya China Pun Rugi

Getty Images/Spencer Platt / Kompas Images
Warga dari berbagai kelompok organisasi menyampaikan protes di depan Gedung Bursa Saham New York, AS, 25 September 2008. Mereka memprotes pemberian dana talangan kepada perusahaan yang bangkrut karena keserakahan para eksekutifnya. Protes serupa kembali terjadi di London, Jumat (10/10), yang juga memprotes pemberian dana talangan ke perusahaan yang ceroboh menjalankan bisnis.
Minggu, 12 Oktober 2008 | 03:00 WIB

Simon Saragih

Namanya juga sebuah investasi. Mirip judi, satu waktu menang, di waktu lain akan kalah. Namun, persoalan muncul, ternyata para investor yang sudah sadar akan risiko investasi tetap juga tidak siap akan kekalahan. Jutaan orang kini sedang gelisah dan ada yang bunuh diri. Mereka terkejut dan ada yang merasa telah tertipu.

Tentu tak ketinggalan, warga kaya Indonesia juga jadi korban. Setidaknya nasabah Citigold, nasabah kaya Citibank, juga turut terjerembap dengan produk investasi made by Lehman Brothers yang ditawar-tawarkan karyawan Citibank.

Salah satu korban lain di dunia ini adalah Yang Huiyan (26), wanita terkaya di China. Dia kehilangan dua pertiga dari total kekayaan akibat anjloknya indeks- indeks saham dunia dan China. Kejatuhan itu telah menjadi malapetaka baginya. Namun, dia masih masuk di urutan ketiga daftar warga terkaya di China dan masih menjadi wanita terkaya di China dan Asia.

Kekayaannya berkurang 22 persen sejak tahun lalu, sebagaimana diberitakan Hurun Report, yang mengeluarkan daftar 1.000 warga terkaya China tahun lalu, yang dikutip harian Inggris The Telegraph edisi Sabtu (11/10).

Nyonya Yang, pemilik 70 persen saham di perusahaan properti—yang didirikan ayahnya—sempat memiliki kekayaan delapan miliar poundsterling, tetapi kini tinggal tiga miliar poundsterling, termasuk karena kejatuhan harga-harga sepanjang dan sebelum tahun 2007.

Yang adalah salah satu dari 101 warga terkaya China. Dia tidak kaya dari hasil keringat sendiri dan tidak dikenal hingga awal 2007. Setelah ayahnya Yang Guoqiang menyerahkan mayoritas kepemilikan saham di Country Garden Holdings, sebelum go public di Hongkong, dia mendadak terkenal. Video perkawinannya tahun 2006 yang megah pun bermunculan di internet.

Ayahnya adalah seorang pemalu dan mantan petani padi serta pekerja pembuat batu bata di Shunde, Provinsi Guangdong. Dari tabungan, Yang senior membeli lahan dan membangun properti serta mendirikan perusahaan pada tahun 1997.

Nyonya Yang tampaknya telah dipersiapkan menjadi penerus bisnis keluarga. Yang adalah putri kedua dari tiga anak (semua putri). Seperti kebanyakan anak- anak kaya di China, dia kuliah di luar negeri dan lulus dari Ohio State University, AS, tahun 2003. Pada akhir 2006 dia menikah dengan putra seorang pejabat China.

Kerugian 2,1 triliun dollar

Nyonya Yang masih beruntung. Kehilangan kekayaan karena jatuhnya harga-harga rumah masih berpotensi naik lagi. Hal yang lebih parah adalah kerugian nyata yang sudah dialami investor global di berbagai negara. Perusahaan raksasa dunia pun bertumbangan.

Menurut kantor berita Reuters, Jumat (10/10), bursa saham AS telah kehilangan nilai saham 2,4 triliun dollar AS hanya dalam satu pekan terakhir dan 8,4 triliun dollar AS tahun 2008, berdasarkan informasi dari Dow Jones Wilshire 5000.

Seiring dengan itu, berdasarkan berita dari Washington News, kegelisahan meningkat karena kelanjutan dari kejatuhan harga-harga saham.

Dari Geneva, Kamis (9/10), Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan mengatakan, risiko bunuh diri dan penyakit mental akibat krisis keuangan diperkirakan akan meningkat.

Seorang wanita berusia 90 tahun di negara bagian Ohio, AS, bunuh diri dengan menembak diri sendiri karena rugi.

Tragis

Dari Los Angeles, California, AS, muncul berita paling mengenaskan atau kisah tragis. Satu keluarga, pemilik mobil-mobil mewah seperti Mercedes, BMW, dan Porsche, ditemukan tewas pada Senin, 6 Oktober.

Karthik Rajaram (45) menembak ibu mertua, mertua, istri, dan tiga anaknya, sebelum menembak diri sendiri.

Rajaram—mantan analis keuangan di PricewaterhouseCoopers dan Sony Pictures—meninggalkan dua surat sebelum bunuh diri.

Rajaram adalah imigran asal India dan menjadi warga AS. Dia lahir di India dan beranjak dewasa di Bangalore serta lulus tahun 1985 dari Indian Institute of Technology di Chennai, Madras.

Mungkin tidak heran jika para pemimpin G-8 sekarang ini sedang berusaha meredakan kepanikan pasar. Salah satu tujuannya meredakan kepanikan warga.

Tidak ada komentar: