Selasa, 07 Oktober 2008

Saya "Nyoblos" kalau...


Selasa, 7 Oktober 2008 | 01:53 WIB

Oleh Budiarto Shambazy

Ekonomi Amerika Serikat menjalani ekspansi terpanjang pada era Presiden Bill Clinton (1992-2000). Ia mewarisi surplus perdagangan 237 miliar dollar AS (2000) dan membuka 22 juta lowongan kerja.

Pengangguran mencapai tingkat terendah dalam 30 tahun, dari 6,9 persen (1993) ke 4 persen (2000). Tingkat inflasi juga berada di tingkat terendah sejak era Presiden John F Kennedy, yakni rata-rata 2,5 persen.

Pertumbuhan rata-rata 4 persen per tahun selama 116 bulan—tertinggi dalam sejarah. Jumlah orang miskin berkurang 7 juta dari 15,1 persen (1993) ke 11,8 persen (2000), pertama kalinya terjadi dalam 30 tahun.

AS pengutang terbesar di dunia yang di awal masa Clinton berjumlah 5,3 triliun dollar AS. Pada akhir masa jabatan ia menurunkannya 0,2 persen dari 5,769 ke 5,638 triliun dollar AS.

Ekspansi yang menyejahterakan 100 juta kelas menengah itu menguap setelah George W Bush terpilih tahun 2000. Selama 8 tahun Bush menggandakan jumlah utang menembus 10 triliun dollar AS per 30 September 2008.

Jumlah 10 triliun dollar AS itu 69 persen dari produk domestik bruto (PDB), angka yang tertinggi sejak 1955. Penyebab kenaikan itu adalah, pertama, tabiat Bush yang gemar mengurangi pajak bagi kelompok kaya.

Kedua, utang akibat invasi ke Irak yang telah menghabiskan 600 miliar dollar AS. Dan, ketiga, Bush gagal mengawasi ketat praktik bisnis kongkalikong dan patgulipat para eksekutif Wall Street.

Contohnya Enron yang bangkrut dan memperoleh perlakuan istimewa digelontori dana talangan dari pemerintah. Ternyata, Enron menerapkan praktik bisnis ilegal—termasuk menyuap orang-orang Bush dan melakukan insider trading.

Seperti Bush, capres dari Partai Republik, John McCain, sami mawon. Ia mendukung kebijakan Bush memberikan potongan pajak bagi kalangan kaya.

McCain sejak awal mendukung pemborosan anggaran untuk mengobrak-abrik Irak. McCain pun, yang tak punya resep jitu mengawasi Wall Street, gagal memprediksi terjadinya krismon.

Ibarat sepak bola, McCain melakukan ”bunuh diri” pada 15 September lalu dengan mengatakan ”ekonomi AS secara fundamental bagus”. Pada hari yang sama, Lehman Brothers dinyatakan bangkrut.

Capres Barack Obama benar mengatakan McCain out of touch dengan kelas menengah. Maklum, McCain punya sembilan rumah/apartemen dan beristrikan pewaris pabrik bir raksasa, Miller.

Berbeda dengan Obama yang ibunya sempat nganggur hingga terpaksa ikut antrean kupon makanan gratis jatah dari pemerintah. Berbeda dengan McCain, Obama tanggap mengantisipasi krismon.

Tanggal 22 Maret 2007 ia menyurati Gubernur Bank Sentral Ben Bernanke dan Menkeu Henry Paulson. ”Saya minta Anda segera mengadakan KTT kepemilikan rumah dengan bank, investor, lembaga pemberi kredit, pelindung konsumen...,” kata Obama memperingatkan.

Andai Bernanke dan Paulson menanggapi peringatan Obama, krismon tak mustahil terhindari. Pemicu krismon sudah jelas, yakni foreclosure (rakyat tak mampu bayar cicilan utang rumah).

Foreclosure yang mulai menggejala hampir dua tahun lalu disebabkan kegagalan Bush melanjutkan ekspansi ekonomi Clinton. Jika diindonesiakan, gelar MBA yang dipunyai Bush lebih pantas disebut ”mémblé ajé”....

Misalnya, inflasi beberapa tahun terakhir ini mencapai rata-rata 5,4 persen; Clinton rata-rata 2,5 persen. Tingkat pengangguran per Agustus 6,1 persen dan diperkirakan melonjak sampai 7 persen di akhir 2008.

Sejak Januari, PHK rata-rata 76.000 per bulan. Padahal, angkatan baru yang butuh pekerjaan mencapai 100.000 per bulan—akibatnya terjadi minus 176.000 lowongan.

Selama 2008 ini total sudah 650.000 karyawan terkena PHK. Sampai Agustus jumlah penganggur 9,4 juta orang, naik dari 7,1 juta orang pada bulan yang sama tahun lalu.

Celakanya, ekonomi AS tergantung dari uang yang dibelanjakan. Jika rakyat sudah tak punya uang, dua pertiga bagian dari aktivitas ekonomi berhenti bagai mobil mengerem mendadak.

Nah, itulah penyebab terjadinya krismon. Lalu bagaimana akibatnya?

Tentu amat memukul karena krismon menggerogoti rasa confidence (kepercayaan) sistem ekonomi. Padahal, ekonomi AS dibangun di atas landasan confidence ini.

Kalau penggerogotan terlalu lama, rakyat menarik dana dari pasar (uang, saham, kredit, dana pensiun, dan lain-lain) dan menyimpannya di bawah kasur. Itu sebabnya, bail out langkah yang wajar walau secara politis ia a necessary evil karena tak adil.

Para eksekutif Wall Street (seperti para taipan penerima BLBI) tak malu dibantu dana talangan. Dana 700 miliar dollar AS bersumber dari pajak yang dibayar 2.300 dollar AS oleh tiap orang.

Menurut perkiraan, dana yang dibutuhkan sedikitnya 2 triliun dollar AS. Apakah krismon bisa ditanggulangi, wallahu alam.

Harapan bertumpu pada Obama yang, sekali lagi, bisa memenangi pilpres berkat slogan ”it’s the economy, stupid!” Pilpres di sini mestinya berslogan ”it’s the poverty, stupid!”

Jumlah orang miskin yang hidup dengan uang kurang dari 1 dollar AS per hari telah melebihi 30 juta orang. Saya janji mau ”nyoblos” capres yang punya resep mengurangi jumlah orang miskin.

Tak usah ngomong berbusa-busa tentang NKRI, Pancasila, atau bahaya komunis lagi deh. Iya enggak sih?

Tidak ada komentar: