Minggu, 07 September 2008

Jika Konservatisme Bicara Soal Alkohol di Mesir


Hotel Grand Hyatt yang terletak di atas sungai Nil, Kairo, sempat terancam kehilangan status bintang 5 setelah terdapat larangan penjualan minuman beralkohol
Selasa, 26 Agustus 2008 | 21:39 WIB

Hotel mewah di Kairo, Grang Hyatt, kembali menyajikan minuman beralkohol setelah dicapai kesepakatan antara manajemen internasional hotel ini dan pemilik lokal hotel Mesir yang sempat menyatakan alkohol sebagai minuman terlarang awal tahun ini. Sheikh Abdelaziz al-Brahim sempat memberlakukan larangan penjualan minuman beralkohol April lalu di hotel Grand Hyatt Kairo untuk mengikuti larangan ajaran Islam. Larangan ini sempat menarik perhatian banyak pihak di Kairo yang dikenal sebagai industri pariwisata terkemuka di Mesir.

Namun, saat ini para tamu hotel juga diperkenankan memesan minuman beralkohol lewat pelayanan room service. Sementara puluhan restoran lainnya di hotel tersebut, termasuk restoran Jepang, Italia serta India tetap bebas dari pelayanan minuman beralkohol.

"Sheikh Abdelaziz al-Brahim memutuskan untuk berkompromi dengan memberikan Hyatt kesempatan untuk memenuhi komitmen terhadap mereka dengan mengelola pelayanan minuman beralkohol di restoran tersendiri di lantai 40 sehingga hotel tersebut tetap menghadirkan suasana penuh kekeluargaan bagi para tamunya," jelas juru bicara Grand Hyatt Kairo, Sally Khatab. Seluruh jaringan hotel internasional dan sebagian besar restoran di Kairo menyajikan minuman beralkohol.

Minuman beralkohol dilarang peredarannya dalam ajaran Islam, walaupun kenyataannya dijual di sebagian besar negara Muslim, kecuali di Arab Saudi dan Sudan. Khattab menerangkan tidak terdapat banyak respon negatif dari para tamu hotel selama larangan penjualan minuman beralkohol diberlakukan dalam 4 bulan terakhir sampai kesepakatan penjualan kembali dicapai pada 23 Juli lalu karena larangan tersebut bertepatan dengan dengan musim panas saat sebagian besar tamu yang hadir di hotel itu berasal dari negara-negara Persia yang konservatif.

Sebagian besar hotel mewah di Kairo milik sejumlah investor Arab yang kaya raya di negara-negara Persia. Meskipun terdapat peningkatan konservatisme di Mesir, namun selama ini belum ada penerapan larangan penjualan alkohol secara menyeluruh yang dikhawatirkan dapat membahayakan industri pariwisata di negara tersebut.

Tidak ada komentar: