Senin, 01 September 2008

Uni Eropa Pecah soal Georgia


Berlin, Minggu - Negara- negara Eropa kian memperlihatkan tanda-tanda terpecah dalam menyikapi krisis militer di Georgia. Padahal, Pemerintah Georgia, Sabtu (30/8), menginginkan agar Uni Eropa segera menjatuhkan sanksi terhadap para pemimpin Rusia.

”Tidak ada alasan untuk mengisolasi Rusia. Tetapi kami mengharapkan sanksi tertentu yang tidak berdampak terhadap rakyat, tetapi terhadap elite politik,” kata Menteri Reintegrasi Georgia Temur Yakobashvili.

Para pemimpin Uni Eropa (UE) direncanakan bertemu hari Senin ini di Brussels, Belgia. Meski demikian, Perancis yang memegang giliran kepresidenan UE telah mengingatkan untuk tidak berharap akan disetujuinya penerapan sanksi atas Rusia pada pertemuan itu.

Jerman menyalahkan baik Rusia maupun Georgia karena melakukan tindakan unilateral, yang membuat situasi memburuk di sana. Akan tetapi, pihak Inggris menyalahkan pemimpin Rusia atas krisis di Georgia.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan, Rusia maupun Georgia sama-sama harus dipersalahkan atas bertambahnya ketegangan.

Untuk menghindari situasi menjadi tidak terkontrol, dia mengatakan tindakan keras dibutuhkan dari UE, yaitu sebagai mediator yang tidak berpihak.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown juga menginginkan UE bertindak, tetapi ditujukan kepada Rusia. Dia mengatakan, hubungan normal dengan Moskwa tidak mungkin diwujudkan selama negara itu menduduki Georgia. (AFP/Reuters/OKI)

Tidak ada komentar: