Minggu, 07 September 2008

Zardari Presiden Pakistan


Asif Ali Zardari (kiri) bersama Nawaz Sharif saat pertama kali bersepakat membentuk koalisi untuk menggempur Pervez Musharraf.
Minggu, 7 September 2008 | 07:49 WIB

ISLAMABAD, SABTU - Asif Ali Zardari memastikan diri sebagai Presiden Pakistan ke-14 setelah meraih kemenangan mutlak pada pemilu presiden yang berlangsung Sabtu (6/9). Zardari, suami dari mantan PM Benazir Bhutto yang tewas terbunuh sembilan bulan lalu, meraih 281 suara dari 426 anggota parlemen nasional.

Keberhasilan Zardari ini dianggap pencapaian luar biasa mengingat sebelumnya dia meringkuk di penjara selama 11 tahun karena tuduhan korupsi dan perdagangan obat terlarang. Zardari juga menjalani hidup dalam pengasingan bersama Benazir yang dinikahinya tahun 1987.

"Sebuah kemenangan bersejarah. Kemenangan bagi demokrasi," ujar Sherry Rehman, Menteri Penerangan Pakistan yang juga pendukung utama Benazir Bhutto. Zardari kini menjadi pemimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang sebelumnya dipimpin Benazir.

"Pria ini menderita lebih dari 11 tahun dalam penjara karena mengguncang demokrasi, dan hari ini dia terpilih sebagai presiden dari negeri ini, sebuah sinyal semakin kuatnya demokrasi," ujar Rehman. Zardari dijebloskan atas tuduhan korupsi. Tuduhan yang kemudian menimbulkan julukan "Mr Ten Percent" bagi Zardari yang dikenal luas di dalam dan di luar Pakistan.

Zardari memastikan meraih 281 suara dari 426 suara di parlemen nasional. Dia juga meraih kemenangan telak di tiga dari empat parlemen provinsi di Pakistan yang juga memberikan suara bagi terpilihnya seorang Presiden Pakistan. Total suara yang diraih sebanyak 458 dari 702 suara anggota parlemen.

Pria berusia 53 tahun itu mengalahkan pensiunan Ketua Mahkamah Agung Saeed uz Zaman Siddiqui. Siddiqui mendapat dukungan dari mantan PM Nawaz Sharif yang merupakan rival politik utama Zardari.

Zardari yang sebelumnya didesas-desuskan mengalami gangguan jiwa ini juga menyingkirkan Mushahid Hussein, pendukung utama mantan Presiden Pervez Musharraf yang mengundurkan diri 18 Agustus lalu.

Mundurnya Musharraf yang juga Jenderal AD Pakistan ini memungkinkan berlangsungnya pemilihan presiden dan terpilihnya Zardari. Pemerintahan Musharraf yang berjalan selama sembilan tahun diwarnai dengan anjloknya ekonomi dan semakin maraknya aksi militansi di negara Asia Selatan itu.

Penjagaan ekstra ketat

Begitu dipastikan Zardari terpilih, ratusan pendukungnya yang berkumpul di luar gedung parlemen langsung larut dalam sukacita. Teriakan "Hidup Bhutto" dan "Zardari Pemimpin Kami" terdengar di antara mereka.

Pemilihan yang berjalan rahasia itu dijaga ekstra ketat. Pemilihan dilakukan setelah pukul 10.00 dan berakhir pukul 15.00 waktu setempat. Anggota parlemen yang terdiri atas majelis rendah, majelis tinggi, dan majelis di empat provinsi memberikan suara.

Meski penjagaan ketat, aksi serangan bom bunuh diri terjadi di Peshawar, kota di barat laut Pakistan yang selama ini mencatat sejumlah aksi militan. Sebuah aksi bom bunuh diri menghantam pos polisi setempat yang menewaskan 16 orang dan mencederai 80 lainnya.

Aksi bom atau serangan bom bunuh diri praktis mewarnai Pakistan dalam tahun-tahun ini. Sedikitnya 1.200 orang tewas dalam serangan yang dilakukan kelompok militan yang marah atas dukungan mantan Presiden Musharraf pada perang terhadap terorisme yang dipimpin Amerika Serikat di Afganistan.

Aksi penyerangan atas aparat keamanan dan pejabat pemerintahan yang terakhir dialami PM Yousuf Raza Gilani. Mobil yang ditumpanginya dalam perjalanan ke Islamabad diterjang sedikitnya dua butir peluru yang dilepas penembak tersembunyi, Rabu lalu. Gilani selamat tanpa cedera.

Munculnya Zardari sebagai presiden tidak akan mengurangi aksi militansi dan kekerasan di Pakistan. Zardari sudah memindahkan rumah tinggalnya karena khawatir upaya pembunuhan atas diri dan keluarganya.

Istrinya, Benazir Bhutto yang memberikan tiga anak, Bilawal, Bakhtwar, dan Aseefa, tewas akibat tembakan dan serangan bom bunuh diri saat berkampanye di Rawalpindi, 27 Desember 2007. Zardari yang tak dikenal sebelum masuk dalam Dinasti Bhutto tak menghendaki dia dan anaknya bernasib sama seperti istrinya.

Zardari kini menghadapi sejumlah tantangan sebagai presiden. Selain kekerasan, situasi ekonomi dengan inflasi yang tinggi harus diatasi. Pasar saham Pakistan merosot 40 persen sejak Januari. Pakistan sangat bergantung pada bantuan luar negeri, terutama dari AS. (Reuters/AFP/AP/ppg)

Tidak ada komentar: