Rabu, 24 September 2008

Konflik Patani -Thai


Empat Strategi Menuju Perdamaian di Pattani
Selasa, 23 September 2008 - 09:08 wib

"Sampai kapan anda mau berkonflik?" Begitu ucap Farid Husain kepada tokoh Melayu Pattani, salah satu provinsi di Selatan Thailand yang mayoritas muslim. Pertanyaan yang sama dia ajukan kepada elit politik Thailand. Awalnya kedua kubu yang telah puluhan tahun baku bunuh itu pesimis dan enggan duduk di meja perundingan. Tapi, Farid tak berhenti di situ. Ia lekas menambahkan, "Tiap hari ada yang meninggal."

Jitu. Dr. Farid Husain, Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, yang juga tokoh penting dibalik perdamian Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Indonesia kemudian dipercaya sebagai mediator Majelis Permusyawaratan Rakyat Melayu Pattani dengan Pemerintah Thailand. Hasilnya, kedua pihak sepakat menandatangani kesepakatan dalam perundingan damai putaran pertama, Minggu (21/9) di Istana Bogor.

Untuk lebih meyakinkan kedua pihak, Pria tambun kelahiran Soppeng, sebuah desa lebih kurang 100 km dari Makassar 58 tahun lalu itu harus bergerilya sendiri ke berbagai tempat. Ia terbang ke Pattani menemui Wahuddin Mohammad, bercakap-cakap dengan Jenderal Sonthi Boonyaratglin di Bangkok. Ia bahkan "memaksakan" diri ke Mekah ketika mengetahui tokoh Pattani tengah melaksanakan ibadah umroh.

Senin (23/9/2008) kemarin, Ayah tiga putra dan seorang putri ini menerima Okezone di sela-sela acara buka puasa bersama yang digelar Institut Perdamaian Indonesia di Jl. Patra Kuningan IV No.6, Kuningan, Jakarta Selatan. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana proses awal penyelesaian konflik di Thailand Selatan?

Sebenarnya prosesnya itu adalah komitmen dari RI 1 (dan) RI 2 (SBY, JK). Dia katakan bagaimana kalau kita bantu daerah Thailand Selatan. Lalu Pak Jusuf Kalla katakan kepada saya, coba kau lihat Farid, ada kemungkinan kita masuk di situ. Saya dekatilah orang-orang GAM saya tanya siapa tahu ada benang merah kan. Saya tanya dia, apakah kenal pimpinan-pimpinan Thailand Selatan."Oh iya, iya, pak Farid mau kenal," (kata mereka). Jadi kenalah saya.

Waktu peluncuran buku saya, saya undang dia datang lima orang dan lima orang ini tiga di antaranya mewakili sebagai delegasi kemarin. Artinya, dia adalah tokohnya. Sulit saya mulai berjalan. Saya tidak mau kecolongan apa betul ini orangnya maka saya cek siapa dia, kenapa dia dan sebagainya. Kemudian saya berjalan sama dia dulu. Saya lihat dia, saya pengaruhi dia bagaimana damai itu indah, bagaimana damai itu enak, tidak ada lagi kematian, tidak ada lagi rasa was-was.

Kapan proses ini mulai berjalan?

Tahun 2005 setelah penandatanganan (MoU RI-GAM di) Helsinki. Setelah itu saya dekati Thailand Selatan sejak 2006. Saya mendekati melalui GAM perorangan. Saya pergi ke daerahnya di dekat Phatani.

Saya menjelaskan tentang kedamaian itu mengapa kita tidak coba. (Saya katakan) Kalau anda bersedia saya akan mencoba mendekati Pemerintah. Saya dekatilah pemerintah Thailand karena ada mandatnya dari dia (Tokoh Pathani) kita ajak Tahiland mau (atau) tidak.

Artinya ada kaitan antara pengalaman di Helsinki dengan penanganan konflik di Thailand ini?

Secara tidak langsung ada. Artinya, dengan pengalaman Helsinki ini orang lihat kedamaian itu ada kita kasih percontohan. Kita bicara di Geneva, saya mulai bicara di Swiss tentang perdamian model baru bahwa tidak selalu operasi militer yang menentukan perdamaian. Barangkali dengan negosiasi, lobi, perundingan itu bisa terjadi dan itu memang benar lebih banyak di perundingan terjadi kedamaian daripada penekanan militer. Itulah yang saya coba. Caranya, saya dekati kedua belah pihak. Ini lebih gampang buat saya karena saya tidak tersangkut di dalam persoalan konflik ini. Beda dengan Aceh salah bicara bisa saya yang hilang.

Kapasitas Bapak dalam proses ini mewakili Negara atau pribadi?

Ditugaskan oleh Pak Jusuf Kalla berarti mewakili Negara bukan pribadi. Apa hak saya? Dan kalau umpamanya dia mau saya kemanakan ini orang? Saya tidak punya hak. Jadi, harus melalui perintah Pak JK. Orang tidak tahu yang saya kerjakan. Keluarga saya saja tidak tahu apa yang saya bikin ke Bangkok.

Siapa saja tokoh-tokoh yang anda temui?

Yang datang kemarin (dalam perundingan putaran pertama) Wahyuddin (Mohammad), semua tokoh-tokoh yang datang. Bahkan, saya temui bukan saja di Pathani tapi di Swedia, Finlandia dan di Mekah waktu saya pergi umroh dan dia adakan pertemuan. Itu alasan saya mau pergi umroh padahal mau laksanakan umroh sekaligus selesaikan itu persoalan. Saya rapat dengan mereka, 90 orang tokoh-tokoh dunia berkumpul di situ.

Dari pihak pemerintah Thailand?

Mulai dari jenderal-jenderal itu semua. Mulai dari Sonthi (Boonyaratglin) yang bikin Coup d'état itu saya bicara. Dan dia luar biasa gembiranya sehingga dia terbang ke Indoenesia untuk bicara dengan Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian wakil perdana menterinya.

Apa titik lemah dari penyelesaian konflik yang diupayakan selama ini?

Titik lemah adalah tidak ada yang mempertemukan mereka dan bicara secara serius. Mereka sudah sering ketemu tetapi yang datang itu tidak menentukan (bukan penentu kebijakan).

Apakah agama menjadi determinan konflik di sana?

Bukan. Tidak ada persoalan agama. Soal yang utama di sana kelihatannya adalah persoalan diakui (atau) tidak bahwa dia adalah bangsa melayu Pathani yang berada di Negara Thailand. Dengan pengakuan itu dia minta hak-hak sebagai orang yang punya etnis itu. (misalnya) Memakai bahasa melayu.

Artinya, ada kemiripan dengan yang terjadi di Aceh?

Iya sama-sama kecewa kan. Sama-sama ketidakadilan di sini. Ketidakadilan sebagai warga Negara, ketidakadilan karena tidak diakui keberadaannya, dia marah. Disuruh dia ganti nama jadi Thailand.

Jadi cenderung ke persoalan etnis?

Tidak. Kalu etnis sama dengan kita kan. Dari Sabang-sampai Merauke berapa suku yang ada? tapi Negara Republik Indonesia mengakui keberadaannya. Silakan pakai itu bahasa (daerah) tetapi bahasa nasional tetap Indonesia. Bendera tetap merah putih. Lagu (kebangsaan) tetap. Silahkan bikin lagu daerah. Indonesia luar biasa terbuka. Setiap provinsi punya bendera sendiri.

Artinya itu yang tidak terjadi di sana?

Aa.. itu yang tidak terjadi di sana.

Dalam perundingan RI-GAM yang tak bisa ditawar adalah negosiasi dalam bingkai NKRI, kalau di sana?

Sama . Pemerintah tidak inginkan dia merdeka. Tetapi, apa yang diinginkan pasti sudah ada di undang-undang cuma tidak diimplementasikan barangkali.

Apa tantangan perundingan ini?

Tantangannya adalah bahwa apakah komitmen ini semua rakyat mengerti, semua pemerintah mengerti itu yang paling penting. Sama dengan kita kan DPR tidak setuju, Jenderal-Jenderal tapi dikasih pengertian dan mereka menghormati. Jadi, yang penting adalah komunikasi. Pemerintah harus komunikasi kepada pemerintah sendiri kemudian kepada rakyat bahwa damai itu indah dan ekonomi akan jalan.

Target sampai berapa pertemuan?

Perkiraan lima kali Insya Allah kita memfasilitasi. Dan saya lihat kelihatannya mulus ini pertemuan. Insya Allah selama tidak diobok-obok di pemerintah. Kalau di Thailand selatan aman. Di pemerintahnya, maaf saya katakan ini, harus ada Jusuf Kalla-nya yang berani melawan mereka (yang tidak setuju).

Apa sebetulnya yang anda katakan sehingga pembicaraan ini berhasil?

Yang saya sampaikan adalah koridor normatif saja bahwa kita hidup ini adalah kedamaian. Awalnya pasti dia bicara ini-ini semua tapi saya bilang sampai kapan?saya setuju yang bapak katakan, tapi sampai kapan? tiap hari ada yang meninggal.

Apakah pendekatan personal penting dalam hal ini?

Ini pendekatan personal semua. Saya membaur di dalamnya tetapi tidak lebur. Lebih sulit urus GAM karena kami yang bersangkutan berkonflik kan. Kalau ini orang lain konflik ya disatukan. Bagaimana dia percaya dan mau datang, itu yang paling susah. Thailand jengkel luar biasa dan Thailand Selatan (Pathani) tidak percaya karena sudah sering ketemu tak ada hasilnya.

Tim perunding ini dari mana saja dan berapa orang?

Masing-masing dari pemerintah 5 dari Thailand Selatan 5 dan kami dibentuk dan dipimpin oleh Pak Jusuf Kalla.

Apakah Deplu terlibat selama proses ini?

Kalau untuk keluar saya sendiri. Urusan administrasi itu urusan ahlinya. Tapi untuk mengubah pola pikirnya itu tanggung jawab saya. Dan itu yang paling lama.

Apa soal yang paling alot dalam perundingan kemarin?

Soal masa depan sana (Pathani) tapi itu tidak dibicarakan dulu tapi pada putaran-putaran berikut.

Apakah Bapak optimis perdamaian di sana akan terwujud?

Insya Allah. Kalau pemerintah di sana berkomitmen tinggi dan kayak model Aceh kita selesaikan. Jadi, di dalam menyelesaikan konflik begini ada empat tingkat yang harus diperhatikan. Pertama adalah mencari bibit perdamaian. Kemudian menanam bibit perdamian yaitu di ruangan dialog perundingan.

Setelah menanam, memelihara bibit perdamian yang telah ditanam ini sampai bersemi. Setelah itu menumbuhkembangkan perdamian. Itu yang saya lakukan dengan membentuk Institut Perdamaian Indonesia.

Yang paling menentukan terus terang adalah pers. Pers itu yang memulai dan pers itu yang mengakhiri. Kalau dia bicara bisa konflik lagi tapi kalau dia diam dan dia suburkan itu (perdamaian melalui) pemberitaan pasti tidak terjadi konflik. (fit)

2 komentar:

Life is Art mengatakan...

apakah ada sebuah dinamika aktor politik Thailand dalam memilih calon-calon mediator untuk konflik Thailand Selatan? siapa yang memunculkan kemungkinan-kemungkinan aktor tersebut?mengapa akhirnya mereka tidak terpilih, justru Indonesia yang terpilih?

juSt sHare__ yukkkkkkkz!! *_* piz mengatakan...

apa sebenarnya kepentingan IND dalam mediasi konflik Thailand Selatan? kenapa IND akhirnya memutuskan unt bersedia menjadi mediator dalam resolusi konflik tsb? apa keuntungannya bagi IND? pertanyaan2 ini sampai sekarang belum terjawab jelas, terlebih dilengkapi dengan data kuat yaitu pernyataan dari pejabat pemerintah..
alangkah menjadi sempurnanya postingan ini jika data tentang pertanyaan diats dapat tercantum dalam balasan comment ini.. trimakasiiiiiii